Selasa, 17 Desember 2013

Thalasemia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Berdasarkan data terakhir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 250 juta penduduk dunia (4,5%) membawa genetik talasemia. Dari 250 juta, 80 – 90 juta diantaranya membawa genetik talasemia beta. (Iskandar, 2010)
Sementara di Indonesia  jumlah penderita talasemia hingga tahun 2009 naik menjadi 8,3% dari 3.653 penderita yang tercatat pada tahun 2006. Hampir 90% para penderita penyakit genetik sintesin Haemoglobin (Hb) ini berasal dari kalangan masyarakat miskin.
Kejadian talasemia sampai saat ini tidak bisa terkontrol terkaut faktor genetik sebagai batu sandungan dan belum maksimalnya tindakan screening untuk talasemia khususnya di Indonesia. (Ruswandi, 2009)
Talasemia pertama kali ditemukan pada tahun 1925 ketika Dr. Thomas B. Cooley mendeskripsikan 5 anak anak dengan anemia berat, splenomegali, dan biasanya ditemukan abnormal pada tulang  yang disebut  kelainan eritroblastik  atau anemia Mediterania karena sirkulasi sel darah merah dan nukleasi. Pada tahun 1932 Whipple dan Bradford menciptakan istilah thalasemia dari bahasa yunani yaitu thalassa, yang artinya laut (laut tengah) untukmendeskripsikan ini. Beberapa waktu kemudian, anemia mikrositik  ringan dideskripsikan pada keluarga pasien anemia Cooley, dan segera menyadari bahwa kelainan ini disebabkan oleh gen  abnormal heterozigot. Ketika homozigot, dihasilkan anemia Cooley yang berat. (Rudolf dkk, 2002)
Thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penderita thalasemia, hemoglobin mengalami penghancuran (hemolisis).  penghancuran terjadi karena adanya gangguan sintesis rantai hemoglobin atau rantai globin.  Hemoglobin orang dewasa terdiri dari HbA yangmerupakan 98% dari seluruh hemoglobinya. HbA2 tidak lebih dari 2% dan HbF 3%. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobin (95%).  Pada penderita thalasemia kelainan genetik terdapat pada pembentukan rantai globin yang salah sehingga eritrosit lebih cepat lisis. Akibatnya penderita harus menjalani tranfusi darah seumur hidup.  Selain transfusi darah rutin, juga dibutuhkan agent pengikat besi (Iron Chelating Agent) yang harganya cukup mahal untuk membuang kelebihan besi dalam tubuh. Jika tindakan ini tidak dilakukan maka besi akan menumpuk pada  berbagai jaringan dan organ vital seperti jantung, otak, hati dan ginjal yang merupakan komplikasi kematian dini.
   Penyakit talasemia masih kurang dikenal oleh masyarakat. Padahal, di Indonesia terdapat banyak penderita penyakit kelainan darah yang bersifat diturunkan secara genetik dan banyak terdistribusi di Asia ini. Pencegahan talasemia pun sulit dilakukan karena minimnya perhatian masyarakat dan sarana yang dimiliki oleh tempat pelayanan kesehatan di Indonesia. Beberapa data menunjukkan bahwa ada sekitar ratusan ribu orang pembawa sifat talasemia yang beresiko diturunkan pada anak mereka serta data lain yang menemukan bahwa 6 – 10% penduduk Indonesia merupakan pembawa gennya. Penderita talasemia mayor di Indonesia sudah tercatat sekitar 5.000 orang, selain yang belum terdata atau kesulitan mengakses layanan kesehatan. Angka penderita di dunia lebih besar, yaitu setiap tahunnya ada sekitar 100.000 penderita baru yang lahir dari pasangan pembawa gen. Begitu banyak penderita talasemia di Indonesia, akan tetapi layanan kesehatan di Indonesia masih sulit diakses oleh penderita talasemia. Biaya pengobatannya pun mahal, karena pasien biasanya membutuhkan transfusi darah terus menerus untuk memperpanjang hidupnya. Sedangkan tidak ditemukan adanya kesembuhan yang sempurna pada penyakit thalasemia. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit ini dan tidak sempurnanya kesembuhan yang dicapai oleh penderita talasemia membuat penulis merasa perlu memberikan perhatian lebih pada penyakit ini.



1.2    Rumusan Masalah
1.3    Tujuan

























BAB II
ISI

2.1 DEFINISI THALASEMIA
Sindrom talasemia merupakan kelompok heterogen kelainan mendelian yang ditandai oleh defek yang menyebabkan berkurangnya sintesis rantai α- atau β- globin. Rantai β dikode oleh sebuah gen tunggal pada kromosom 11; rantai α dikode oleh dua buah gen yang saling terkait dengan erat pada kromosom 16.        (Mitchell dkk, 2009)
Talasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada sintesis Hb yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin. (Robbins dkk, 2007)
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun. (http://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia)
Penyakit kelainan darah talasemia atau anemia cooley adalah suatu penyakit herediter yang biasanya ditandai dengan gejala penyakit anemia hemolitik oleh suatu kelainan intrakospuskuler yang  disebabkan karena sesuatu kelainan hematologic dan juga kelainan yang terjadi pada tulang tulang tertentu. (http://talasemia.org/)
Talasemia diwariskan sebagai sifat kodominan autosomal. Bentuk heterozigot (talasemia minor atau sifat talasemia) mungkin asimtomatik atau bergejala ringan. Bentuk homozigot (talasemia mayor) berkaitan dengan anemia hemolitik yang berat. Gen mutan sering ditemukan pada populasi Mediteranea, Afrika, dan Asia.
Patogenesis Molekular. Terdapat pola kompleks defek molekular yang mendasari talasemia. Ingat bahwa Hb dewasa, atau Hb A, adalah suatu tetramer yang terdiri atas dua rantai α, dan dua rantai β. Rantai α dikode oleh dua gen α-globin, yang terletak beriringan di kromosom 11. Sebaliknya, rantai β dikode oleh sebuah gen β-globin yang terletak pada kromosom 16. (Robbins, dkk: 2007).
       
2.2 DEFEK GENETIK
·      Sindrom talasemia-β ditandai oleh defisiensi sintesis rantai β-globin:
Pada talasemia β˚ tidak terdapat sama sekali rantai β-globin dalam keadaan homozigot.
Pada talasemia-β+ terdapat penurunan sintesis β-globin (tetapi masih dapat terdeteksi)dalam keadaan homozigot.
Beberapa mutasi titik yang berbeda dan memengaruhi transkripsi, pemrosesan atau translasi β-globin mRNA yang dapat menyebabkan penyakit talasemia-β˚ atau talasemia-β+. Mutasi yang menyebabkan kesalahan insersi mRNA (aberrant mRNA splicing) paling sering terjadi.   
·      Penyakit talasemia-α ditandai oleh penurunan sintesis rantai α-globin yang terjadi karena delesi satu gen α-globin atau lebih.
2.3 PATOFISOLOGI
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe). Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak itu menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (lever). Jumlah zat besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi organ tubuh.Penumpukan zat besi terjadi karena penderita thalasemia memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah. Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat merusak jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian.
2.4 PENYEBARAN TALASEMIA
Penyakit talasemia tersebar luas di daerah Mediterania seperti Italia, Yunani, Afrika bagian utara, kawasan Timur Tengah, India Selatan, Sri Langka sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia. Frekuensi talasemia di Asia Tenggara adalah 3 – 9% (Tjokronegoro, 2001).
Di Indonesia sendiri diperkirakan jumlah pembawa sifat talasemia sekitar 5 – 6% dari jumlah populasi. Palembang (10%), Makassar (7,8%), Ambon (5,8%), Jawa (3 – 4%), Sumatera Utara dan (1 – 1,5%).

2.5 MEKANISME TERJADINYA TALASEMIA
Talasemia terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi rantai protein hemoglobin yang cukup. Hal ini menyebabkan sel darah merah gagal terbentuk dengan baik dan tidak dapat membawa oksigen. Gen memiliki peran dalam mensintesis rantai protein hemoglobin. Jika gen – gen ini hilang atau diubah atau terganggu maka talasemia dapat terjadi.

2.6 TANDA DAN GEJALA TALASEMIA
Pada talasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur kurang dari 1 tahun. Gejala yang nampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur dan berat badannya kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran limpa dan hati mempengaruhi gerak pasien karena kemampuannya terbatas. Pembesaran ini karena penghancuran sel darah merah terjadi di sana. Selain itu, sumsum tulang juga bekerja lebih keras, karena berusaha mengkompensir kekurangan hemoglobin. Akibatnya, tulang menjadi tipis dan rapuh. Gejala lain yang terlihat adalah bentuk muka yang mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi lebar, hal ini disebabkan karena adanya ganguan perkembangan tulang muka dan tengkorak.
Keadaan kulit pucat kuning – kekuningan, jika pasien sering terdapat tranfusi darah, kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit. Penimbunan besi (hemosidorosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limpa, jantung akan mengakibatkan ganguan fatal alat – alat tersebut (hemokromatosis). Gejala lain pada penderita talassemia adalah jantung mudah berdebar – debar. Hal ini karena tugas hemoglobin membawa oksigen ke seluruh tubuh. Pada talassemia, karena oksigen yang dibawa hemoglobin kurang, maka jantung juga akan berusaha bekerja lebih keras, sehingga jantung penderita akan mudah berdebar – debar. Lama kelamaan, jantung akan bekerja lebih keras, sehingga cepat lelah. Akibatnya terjadi lemah jantung.

2.7  PENYEBAB TALASEMIA
Penyebab terjadinya penyakit talasemia antara lain :
1.    Gangguan genetik
Orang tua memiliki sifat carier (heterozygote) penyakit talasemia sehingga klien memiliki gen resesif homozygote.
2.    Kelainan struktur hemoglobin
Menurut kelainan pada rantai Hb juga, thalasemia dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu : thalasemia alfa (penurunan sintesis rantai alfa) dan beta (penurunan sintesis rantai beta).
3.    Produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu
4.    Terjadi kerusakan sel darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit   pendek (kurang dari 100 hari)
5.    Deoksigenasi (penurunan tekanan O2)
Eritrosit yang mengandung HbS melewati sirkulasi lebih lambat apabila dibandingkan dengan eritrosit normal. Hal ini menyebabkan deoksigenasi (penurunan tekanan O2) lebih lambat yang akhirnya menyebabkan peningkatan produksi sel sabit.

Gejala klinis talasemia
a.       Talasemia α
·         Silent carrier thalassemia-α
Secaa hematologis penderita dinyatakan sehat, hanya ditemukan anemia ringan dan jumlah sel darah merah (eritrosit) yang rendah. Pada tipe ini dengan hanya pemeriksaan Hb tidak dapat memastikan diagnosis, dengan mencari adanya riwayat kelainan darah pada anggota keluarga. Pemeriksaan darah pada panderita dan orang tua dapat menjadi data yang kuat menuju diagnosis talasemia.
·         Penyakit Hb H
Text Box: heinz bodies pada eritrositGejalanya dijumpai anemia sedang sampai berat, pembesaran limpa, menguningnya kulit dan sklera mata karena pemimbunan bilirubin dalam darah,dan jumlah eritrosit yang abnormal. Pada sediaan apus darah tepi yang diwarnai danagn pewarnaaan supravital akan tampak eritrosit yang yang diinklusi oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil dan dan terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga eritrosit tampak seperti permukaan bola golf. Badan inlklusi ini dinamakan heinz bodies.
                                   
·         Talasemia-α mayor
Kebanyakan bayi yang lahr dengan syndrom ini lahir mati, dan walaupun bayi lahir hidup akan meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan kemungkinan besar mengalami gagal jantung, dan edema anasarka berat.
b.      Talasemia β
·         Silent carrier thalassemia-β
Penderita tipe ini tidak memperlihatkan gejala khusus, hanya ditemukan kadar eritrosit yang rendah.


·         Talasemia β minor
Penderita mengalami anemia ringan, kadar eritrosit yang abnormal, pada pemeriksaan Hb terlihat abnormal dengan adanya peningkatan jumlah HbA2, HbF, atau keduanya.
·         Talasemia intermedia
Gejala klinisnya berada diantara talasemia mayor dan minor. Pasien dengan tipe ini secara genetik bersifat heterogen.
·         Talasemia-β homozigot / mayor
kadarHb dalam darahnya berkisar 3-6 gm/dL. Kadar zat besi dalam darah sangat tinggi.. Pada sediaan darah tepi terlihat adanya kelainan yang berat seperti anisositosis yang sangat terlihat, banyak sel darah merah yang mikrositik hipokromik, sel-sel target, sel darah merah yang berbintik-bintik, atau terfragmentasi. Pembesaran hati dan limpa akibat kerusakan eritrosit yang berlebihan sehingga organ tersebut bekerja lebih keras dan adanya penumpukan zat besi dalam organ.
 Pelebaran tulang (hyperplasia) sumsum tulang yang berlebihan yang menyebabkan facies cooley dan penipisan korteks dibanyak tulang yang mengakibatkan kecenderungan terjadinga fraktur (patah tulang) dan penonjolan tengkorak. Karena penyerapan zat besi yang meningkat dan menumpuk pada organ dan darah dapat menimbulkan kerusakan hati, organ endokrin, kegagalan pertumbuhan, keterlambatan / tidak terjadi pubertas, DM, gagal jantung.



Treatment pada penderita thalasemia:
·         Tranfusi darah
Tranfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb diatas 10 gm/dL darah. Tranfusi darah dapat memungkinkan penderita melakukan aktivitas normal dengan lebih nyaman, mencegah kerja sumsum tulang berlebihan, perubahan tulang-tulang muka. Tranfusi dilakukan dengan dosis 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darang yang telah disaring dari leukosit menghasilkan eritrosit dengan ketahanan terbaik.
·         Asam Folat
Asam folat diberikan teratur (5 mg/ hari). Asam folat dapat membatu pembentukan sel darah merah yang sehat. s
·         Vitamin C
Pemberian vitamin c meningkatkan ekskresi besi yang berlebih. Vitamin c bekerja sebagai koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Dengan mereduksi ion feri menjadi fero dalam lambung vitamin C meningkatkan absorpsi besi
·         Terapi khelasi besi
Digunakan untuk mengatasi kelebihan Fe (karena transfusi jangka panjang dan gangguan absorpsi besi). Kondisi ini dapat merusak hati, jantung dan organ lainnya.terdapat dua obat yang digunakan dalam terapi ini : Desferioksamin diberikan lewat infus. Besi yang terkhelasi diekskresikan lewat urin dan tinja, efek samping yang mungkin timbul adalah kehilangan pengelihatan dan pendengaran. Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari, memiliki efek samping sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, kelelahan.  Terapi ini dapat memperbaiki kerusakan jantung akibat penumpukan besi.
·         Splenoktomi
Speloktomi adalah operasi pengangkatan limpa. Pada pasien thalasemia, pembesran limpa terjadi akibat penghancuran eritrosit yang berlebihan. Apabila limpa semakin besar, fungsi limpa tidak terkontrol dan menimbulkan serangkaina gejala hipersplenisme yaitu limpa yang sangat besar, rasa perut penuh, tidak mampu makan banyak karena desakan limpa pada organ saluram cern, rendahnya leukosit, eritrosit, trombosit. Pada pasien thalsemia kelebihan zat besiakibat transfusi ditimbun di limpa .Pasien harus berusia >6 tahun karena tingginya resiko infeksi berbahaya pasca splenoktomi
·         Transplantasi sumsum tulang belakang
Darah dan sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel sel induk yang rusak. Sel-sel induk berada di dalam sumsum tulang yang membuat sel darah merah.  Donor dapat berasal dari saudara kandung atau anggota keluarga lain dengan antigen leukosit manusia yang sesuai.

Pencegahan
Ada beberapa cara untuk pencegahan thalasemia:
1.      Screening pembawa sifat thalasemia
Skrining pembawa sifat dapat dilakukan dengan cara prospektif dan retrospektif. Prospektif berarti secara aktif mencari pembawa sifat thalasemia langsung dari populasi di berbagai wilayah. Retrospektif adalah menemukan pembawa sifat thalasemia melalui penelusuran keluarga thalasemia. Orang dengan pembawa sifat ini kemudian diberi informasi dan saran tentang keadaannya dan masa depannya. Pencegahan thalasemia sebaiknya dilakukan baik secara prospektif dan retrospektif.
2.      Konsultasi genetik
Konsultasi genetik mencakupi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang beresiko tinggi diberikan informasi dan saran tentang keadaan dan kemungkinan apabila mempunyai anak.
3.      Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal meliputi 2 pendekatan yaitu retrospektif adalah melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak thalasemia dan sekarang sementara hamil dan yang kedua prospektif yang ditujukan pada pasangan yang beresiko tinggi (keduaya pembawa sifat) dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu. Mutasi thalasemia β dapat dideteksi dangan analisis DNA yang diperoleh dari fetus. Deteksi awal akan dapat mencegah akibat berbahaya bagi si ibu yaitu toksemia dan pendarahan hebat pasca melahirkan. Jika hasil yang didapat positif sebaiknya dilakukan aborsi.
            Dalam upaya pencegahan thalasemia ada beberapa hal yang perlu dipahami masyarakat: pembawa sifat thalasemia tidak menimbulkan masalah bagi dirinya, thalasemia mayor mempunyai dampak kesehatan yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian, kelahiran bayi thalasemia dapat dihindarkan. Karena penyakit ini menurun maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah setiap tahunnya. Oleh sebab itu, pemeriksaan thalasenia sebelum menikah sangat penting untuk mencegah bertbahnya penderita thalasemia.
            Sebaiknya senua orang dalam usia subur diperiksa kemungkinan pembawa sifat thalasema ini apabila ada riwayat: ada saudara sedarah yang menderita thalasemia, kadar Hb rendah antara 10-12 g/dL walaupun sudah mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti zat besi, ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun kadar Hb normal.

Selasa, 03 Desember 2013

Kimia UNSUR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, Anda tidak mungkin melepaskan diri dari unsur-unsur kimia. Kegiatan kita mulai dari mandi, makan, bernapas, dan semua kegiatan lain pasti berkaitan dengan unsur kimia. Pengertian unsur adalah zat kimia yang tidak dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih sederhana dengan menggunakan metode kimia biasa atau juga dapat diartikan sebagai kumpulan gabungan atom-atom yang sejenis. Contohnya dua atom hidrogen (H) akan membentuk unsur H2.
Di alam semesta ini kaya akan kandungan unsur-unsur kimia. Sampai saat ini terhitung ada 114 unsur yang telah ditemukan. Pengelompokkan unsur ada beberapa macam yaitu berdasarkan kesamaan sifat yang dimiliki unsur dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Ada juga yang membagi unsur menjadi golongan logam dan  suatu unsur kimia dan pengotornya. Mineral tersebut terbentuk dalam berbagai senyawa seperti fosfat, oksida, silikat, halida, karbonat, sulfat dan masih banyak lagi. Untuk unsur dalam bentuk bebas berarti tidak bersenyawa dengan unsur lain contohnya emas, karbon, nitrogen, oksigen, dan gas-gas mulia.
Walaupun unsur-unsur yang tersedia di alam banyak memberi manfaat dalam kehidupan, tidak dapat dipungkiri bahwa unsur-unsur tersebut juga memberi dampak negatif juga dalam kehidupan manusia.



1.2 Tujuan
- Mengetahui unsur – unsur yang berada di alam ini;
- Mengetahui pengelompokan yang dari unsur – unsur tersebut
- Mengetahui sifat – sifat beserta kegunaan dari unsur tersebut

1.3 Rumusan Masalah
- Apa saja unsur yang berada di alam semesta ini? Jelaskan beberapa contohnya!
- Apa saja pengelompokan dari unsur- unsur tersebut?
- Apakah sifat dan kegunaan dari berbagai unsur tersebut?











BAB II
ISI

2.1    KELIMPAHAN UNSUR DI ALAM
Unsur-unsur di alam lebih banyak berupa senyawa dibandingkan dalam keadaan bebas sesuai bentuk unsurnya. Unsur gas mulia terdapat dalam bentuk bebas dan dalam bentuk senyawa di alam. Unsur gas mulia yakni helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon termasuk dalam 90 jenis unsur yang terdapat di alam, sedangkan sisanya adalah unsur buatan seperti ameresium, plutonium, curium, einstenium dan lain-lain. Beberapa unsur logam dapat ditemukan baik dalam keadaan bebas maupun dalam bentuk senyawa seperti emas, tembaga, perak,. Unsur non logam juga ada yang berbentuk unsur bebas dan senyawa antara lain oksigen, karbon, nitrogen, belerang. Unsur dan senyawa yang banyak ditemukan di alam berbentuk mineral, mineral tersebut kemudian diolah untuk mengambil unsur yang dikandungnya kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Tabel unsur-unsur di kulit bumi







Tuhan Yang Mahakaya telah melimpahkan beragam unsur untuk kepentingan makhluk-Nya. Oleh karena itu kita harus dapat memanfaatkan unsur-unsur tersebut secara bijak dan bertanggung jawab.
2.1.1    UNSUR NITROGEN  (N)
Nitrogen adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang N dan nomor atom 7. Nitrogen resmi ditemukan oleh Daniel Rutherford pada tahun 772. Unsur ini biasa ditemui sebagai gas tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Nitrogen merupakan komponen gas terbesar yang ada di udara / atmosfer bumi yaitu sebesar 78%. Nitrogen juga salah satu gas yang tidak reaktif (inert) serta memiliki titik didih -196 0C dan titik beku -210 0C. Nitrogen adalah unsur makro yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang didapat dari makanan yang mengandung senyawa nitrogen. Selain itu unsur nitrogen sangat penting karena sebagai unsur penyusun utama jaringan hidup yaitu asam amino. Senyawa nitrogen yang terbentuk di alam terbentuk dari siklus nitrogen melalui dua cara yaitu:
·         Petir atau kilat membuat gas N2 dan O2 bereaksi dan membentuk senyawa nitrogen oksida yang larut dan erbawa oleh air hujan yang kemudian diserap oleh tumbuh-tumbuhan
·         Bakteri Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan. Didalam akar tanaman kacang-kacangan bakteri ini dapat mengikat gas N2 secara langsung dari udara.
Senyawa nitrogen yang terdapat secara alamiah di alam adalah natrium nitrat (NaNO3), senyawa ini merupakan sumber utama nitrogen terikat yang masih ditambang di dataran tinggi Chili. Dari semua macam senyawa nitrogen yang ada amonia adalah senyawa yang terpenting. Amonia adalah salah satu senyawa dasar nitrogen yang dapat direaksikan dengan berbagai senyawa yang berbeda. Penggunan gas amonia antara lain sebagai pupuk, dalam pembuatan kertas, pembuatan asam nitrat, bahan peledak, pembuatan urea dan masih banyak kegunaan lain dari senyawa-senyawa nitrogen.
2.1.2   UNSUR OKSIGEN  (O)
Dalam tabel periodik oksigen memiliki lambang O dengan noor atom 8. Oksigen adalah unsur paling banyak tersedia di alam ke tiga sekitar 21%  dan unsur paling melimpah di kulit bumi. Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli bidang obat-obatan Carl Wilhelm scheele pada tahun 1772. Dalam tekanan dan temperatur standard unsur oksigen berikatan menjadi molekul diatomik (O2) yang tidak berwarna tidak berbau dan tidak berasa. Di atmosfer sendiri juga terdapat oksigen dalam bentuk monoatomik (O) dan triatomik (O3). Perubahan bentuk molekul ini disebut alotropi. Gas O2 dihasilkan dari air oleh tumbuhan, ganggang, dan sianobakteri dalam proses fotosintesis. O2 dibutuhkan makhluk hidup dalam proses respirasi dan merupakan komponen utama atmosfer bumi. Molekul O3 atau trioksigen yang kita kenal sebagai ozon. Ozon ini terbentuk di atmosfer ketika O2 bergabung dengan oksigen monoatomik yang terbentuk dari pemisahan O2 oleh radiasi ultraviolet. Ozon memiliki kemampuan menyerap gelombang UV dengan kuat, sehingga ozon berfungsi sebagai pelindung bumi dari radiasi.
            Oksigen mengembun pada -182,95 0C dan membeku pada -218,79 0C. Oksigen car dan padat berwarna biru langit. Oksigen juga zat yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Dengan pengaruh tekanan yang besar (135 atm), oksigen dapat disimpan dalam tabung baja. Gas oksigen bersifat nonpolar, tetapi larut dalam air. Gas oksigen yang terlarut inilah yang penting untuk organisme yang hidup dalam air.
Oksigen banyak digunakan dalam pembuatan gas amonia, metanol, etilen oksida dan masih banyak senyawa lain yang mengandung oksigen. Oksigen juga digunakan dalam produksi baja, plastik, tekstil, pendorong roket, dan penunjang kehidupan di pesawat terbang, kapal selan, pesawat ruang angkasa, penyelaman. Sekitar dua per tiga dari tubuh manusia berupa oksigen.
2.1.3   UNSUR HIDROGEN  (H)
Hidrogen berasal dari bahasa Yunani hydro yang berarti air dan genes yang berarti pembentuk. Para ahli kimia telah memproduksi hidrogen dalam kurun waktu beberapa tahun tanpa mengetahui bahwa zat tersebut merupakan sebuah unsur. Pada tahun 1493-1541 Paracelsus tanpa sadar telah menghasilkan gas hidrogen dari campuran logam dengan asam kuat. Kemudian pada tahun 1671 Robert Boyle mendeskripsikan kembali reaksi dari besi dan asam akan menghasilkan gas hidrogen.
Hidrogen merupakan gas yang mudah terbakar, haltersebut dikemukakan oleh Cavendish tahun 1766. Gas hidrogen sendiri diberi nama oleh Antonio Lavoisier dari bahasa Yunani. Atom hidrogen terdiri dari satu proton dan satu elektron.
            Hidrogen juga unsur paling melimpah ketersediaannya dengan persentase 75% dari total unsur di seluruh alam semesta. Walaupun demikian gas hidrogen alami sangat jarang ditemui dalam atmosfer bumi. Gas hidrogen sangat ringan apabila tidak terkombinasi dengan unsur lain , gas hidrogen akan terdorong keluar oleh unsur lain dari lapisan atmosfer. Di bumi sendiri hidrogen banyak ditemui dalam berbagai senyawa terutama air (H2O) dimana atom hidrogen berikatan dengan atom-atom oksigen.
Hidrogen banyak digunakan ketika membuat amonia untuk mengikat nitrogen, dalam pembuatan methanol, bahan bakar roket, pembuatan HCl, gas pengisi balon, dan lain-lain. Teknologi baru yang sedang dikembangkan adalah bahan bakar yang memanfaatkan hidrogen (Hydrogen Fuel Cell) dimana gas hidrogen dapat menghasilkan tenaga listrik dalam jumlah besar. Hidrogen dapat menggantikan gas alam, bensin, agen dalam proses metalurgi, proses penyulingan, mengubah sampah menjadi etilen dan metan. Namun pengembangan pemanfaatan hidrogen ini masih terhalang beberapa hal yakni persetujuan publik, modal pengembangan teknologi ini juga sangat besar mengakibatkan hidrogen masih jauh lebih mahal dibandingkan bahan bakar lain yang telah tersedia saat ini.
2.1.4   UNSUR KARBON  (C)
Karbon atau yang dikenal sebagai zat arang adalah unsur kimia yang memiliki simbol C pada tabel periodik dan bernomor atom 6. Karbon termasuk unsur non-logam bervalensi 4. Keberadaan unsur karbon sudah diketahui dari zaman kuno. Kata karbon dari bahasa latin carbo yang berarti batu bara. Karbon memiliki beberapa alotropi atau bentuk yaitu amorf, grafit, dan intan. Unsur karbon dalam bentuk amorf, selain dapat ditemukan di alam juga dihasilkan dari pembakaran terbatas minyak bumi. Secara alami karbon amorf dihasilkan dari perubahan serbuk gergaji, gambut, lignit batu bara, kayu, dan biji-bijian.
 Bentuk kedua unsur karbon adalah grafit. Grafit berbentuk padatan berupa kristal dengan kemurnian yang berbeda, berwarna hitam dan kusam lunak dan memiliki daya hantar listrik yang baik. Ada banyak kegunaan grafit antara lain dalam produksi baja, sebagai pelumas mesin, sebagai alat tulis dan masih banyak kegunaan lain. Bentuk ketiga dari unsur karbon adalah intan. Intan secara alami diperoleh dari karbon yang dikenai tekanan dan suhu tinggi dalam perut bumi. Intan juga dapat dihasilkan dari grafit yang diolak pada suhu 3.000 K dan tekanan lebih dari 1,25 x 107 Pa. Proses ini menggunakan katalis logam transisi sepeti Cr, Fe, dan Pt.
Karbon adalah penyusun makromolekul seperti karbohidrat, protein, lemak. Makromolekul tersebut merupakan komponen penting dalam tubuh makhluk hidup. Sehingga semua makhluk hidup dibangun dari senyawa karbon. Sifat terpenting karbon adalah kemampuannya untuk membentuk rantai dengan sangat mudah. Karbon dapat bergabung dengan hidrogen, nitrogen, oksigen dalam jumlah dan susunan yang berbeda-beda yang menyebabkan karbon mempu membentuk hampir 1,7 juta senyawa.
Senyawa yang dibentuk dari karbon dan hidrogen saja (hidrokarbon) adalah kelompok senyawa yang mencakup gas alam, minyak cair, minyak pelumas, industri petrokimia, pembuatan cat, anaestetik, pemadam api, dan freon untuk pembekuan. Senyawa karbon dapat pula berbentuk karbon dioksida (CO2) dan garam-garam karbonat (MgCO3, CaCO3, dan BaCO3). Senyawa CO2 yang paling banyak berada disekitar kita dihasilkan dari pembakaran senyawa karbon, proses respirasi manusia dan hewan, dan ditemukan juga pada mata air mineral.
2.2                       PENGELOMPOKAN UNSUR
2.2.1    Golongan I A (Logam Alkali)
Unsur golongan I A disebut alkali, karena bereaki dengan air membentuk suatu larutan yang bersifat basa atau alkalis. Logam-logam alkali  terdiri dari : Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Caesium (Cs), dan Fransium (Fr).

Sifat-sifat logam alkali:
*      Logam alkali memiliki satu elektron valensi (monovalen) sehingga sangat mudah melepaskan elektronnya jadi logam alkali termasuk reduktor
*      Logam alkali memiliki titik didih dan titik leleh diatas suhu ruang (250C)  berarti logam alkali berwujud padat pada suhu ruang kecuali Caesium yang pada suhu diatas 280C berujud cair
*      Karena nilai kerapatannya relatif kecil sehingga logam alkali lunak dan mudah diiris
*      Sangat reaktif, mudah terbakar oleh O2 dari udara. Dengan jumlah oksigen yang dibatasi dan suhu rendah ( dibawah 180oC) dihasilkan oksida logam alkali. ( L = logam alkali)
4L (s) + O2 (g) g 2L2O (s)
Mereaksikan dengan jumlah oksigen dibatasi dan pemanasan membentuk peroksida
2 L + O2  g L2O2
Jika jumlah oksigen tidak dibatasi akan menghasilkan senyawa superoksida
L (s) + O2 (g) g LO2 (s)
*      Sangat mudah bereaksi dengan air yang akan menghasilkan basa dan gas hidrogen. Reaksi tersebut sangat eksoterm dan dapat mengakibatkan ledakan hebat.
2L(s) + 2H2O(l) "2LOH(aq) + H2(g)
*      Dapat bereaksi langsung dengan halogen, menjadi garam halida
2L (s) + X2 g 2LX
*      Bereaksi dengan gas hidrogen menghasilkan senyawa hidrida.
2L (s) + H2 (g) g 2LH (s)
*      Bereaksi dengan belerang menghasilkan senyawa sulfida
2L (s) + S (s) g L2S (s)
*      Reaksi nyala logam alkali Litium berwarna merah, natrium berwarna kuning, Kalium berwarna ungu, Rubidium berwarna merah, Caesium berwarna biru.
Pembuatan logam alkali dengan cara elektolisa leburan NaOH atau KOH
2 NaOH g 2 Na + H2O + ½ O
Elektrolisa leburan garam NaCl atau KCl
2NaCl g 2 Na + Cl2
 Beberapa senyawa logam alkali yang berguna:
NAMA SENYAWA
KEGUNAAN
NaOH
Bahan baku sabun
NaCl
Sebagai garam dapur, pengisotonis larutan injeksi dan infus
NaBr
Obat penenang
Na2SO4
Obat pencahar, zat pengering untuk senyawa organik
Na Benzoat
Zat pengawet makanan dalam kaleng
Na salisilat
Obat antipiretik
NaOCl
Zat bleaching kain
Na2S2O3
Obat penyakit kulit karena parasit, untuk keracunan sianida, larutan pencuci dalam fotografi
NaHCO3
bahan soda kue, pembuat minuman soda, effervescens
KI
Antidotum defisiensi, ekspektoran
KClO 3
Bahan korek api, kembang api, zat peledak
KNO3
Bahan pupuk buatan, bahan peledak
K sitrat
Obat diuretik, dan saluran kemih
KmnO4
Zat pengoksidasi, zat desinfektan
K2CrO4
Indikator dalam titrasi argentometri

2.2.2   Golongan II A (Alkali Tanah)
Unsur golongan ini bersifat basa sama halnya dengan unsur logam alkali, namun tingkat kebasaannya lebih rendah. Yang termasuk golongan alkali tanah ini antara lain: Berilium (Be), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Barium (Ba), Stronsium (Sr), Radium (Ra)
Sifat-sifat alkali tanah :
*      Alkali tanah mudah melepas elektron sehingga bersifat pereduksi dan mudah teroksidasi. Namun sifat pereduksinya tidak sekuat logam alkali
*      Dalam suhu ruang berbentuk padat, alkali tanah bersifat lebih keras dari pada logam alkali.
*      Untuk berilium tidak dapat bereaksi dengan air, sedangkan magnesium hanya dapat bereaksi dengan air panas. Calsium, stronsium, barium dan radium dapat bereaksi dengan air dingin akan terbentuk basa
L (s) + 2H2O g L(OH)2 (aq) + H2 (g)
*      Bereaksi dengan oksigen yang menghasilkan oksida basa
L (s) + O2 (g) g LO2 (s)
*      Bereaksi dengan nitrogen yang ada diudara menghasilkan senyawa nitrida
3 L (s) + N2 (g) g L2N2 (s)
*      Menimbulkan reaksi menyala warna khas apabila garam dari unsur tersebut dibakar. Kalsium warna jingga merah, stronsium warna merah bata, barium warna hijau. Unsur-unsur alkali tanah sering digunakan untuk pembuatan kembang api.

Pembuatan unsur alkali tanah dengan mengelektrolisa leburan garam atau basanya
CaCl2 g Ca + Cl2
Air sadah ( hard water) adalah air yang mengandung kation Ca2+ atau Mg2+. Kesadahan air biasanya dinyatakan sebagai masa CaCO3 dalam 1 L air. Air sadah mengakibatkan sabun menjadi kurang berbusa dan pembentukan kerak pada ketel uap. Ada dua macam kesadahan yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara adalah air yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-) disebut juga air sadah bikarbonat. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan pemanasan. Sementara kesadaan tetap adalah apabila air mengandung anion bukan bikarbonat seperti Cl-, NO3-, atau SO4-. Kesadahan tetap tidak dapat hilang hanya dengan pemanasan tetapi harus melalui reaksi kimia. Pereaksi yang digunakan adalah larutan bikarbonat Na2CO (aq) atau K2CO (aq).
Beberapa senyawa alkali tanah yang berguna:
NAMA SENYAWA
KEGUNAAN
MgO
Antidotum deficienci
MgSO4
Pencahar, antikonvulsan, penawar keracunan barium
Mg(OH)2 , CaCO3
Antasida
MgCO3
Bahan cat campuran asbes untuk penyalut pipa panas
CaCl2
Bahan pengering dalam eksikator
CaOCl2
Bahan pemutih
CaC2
Pembuaat gas asitilen
Ca(OCl)2
Kaporit, desinfektan air ledeng
Ca(H2PO4)2
Pupuk super fosfat (TSP)
BaSO4
Bahan cat putih, contrasmiddle dalam pemeriksaan rontgen

2.2.3   Golongan VII A (Halogen)
Unsur halogen mudah menangkap sebuah elektron sehingga dapat membentik ion negatif satu. Semakin kecil nomor atom suatu unsur halogen semakin mudah unsur tersebut menangkap elekron sehingga unsur menjadi semakin reaktif. Yang termasuk unsur halogen adalah: Fluor (F), Klor (Cl), Brom (Br), Iodin (I), Astatin (At).
Sifat-sifat unsur halogen :
*      Gas halogen dapat larut dalam air dan membentuk asam halogenida dan asam hipohalit. Larutan halogen dalam air bersifat oksidator.
*      Memiliki warna yang berbeda-beda F= kuning, Cl= hijau kekuningan, Br= coklat kemerahan, I = ungu, memiliki bau menyengat dan uap yang dapat mengiritasi mata
*      Memiliki elektron valensi 7 yang membuat halogen sangat reaktif. Unsur yang paling oksidatif adalah Fluorin dan Iodin pengoksidasi terlemah.
*      Unsur halogen yang sifatnya lebih oksidatif dapat mendesak ion halogen dari garam halida yang berada dibawahnya
F2 (g) + 2 KCl (aq) g 2KF (aq) + Cl2 (g)
*      Bereaksi dengan unsur logam membentuk senyawa garam ionik. Contoh :
2 Na + Cl2 g 2NaCl                           2Li + F2 g 2LiF
Mg + I2 g MgI2                                       2Fe + 3Cl2 g 2FeCl3
*      Mudah bereaksi dengan hidrogen membentuk senyawa halida (HX)
H2 + X2 g 2HX
*      Antar unsur halogen dapat bereaksi membentuk senyawa antarhalogen (XmYn)
mX2 + nX2 g 2 XmYn
*      Bereaksi dengan unsur metaloid contohnya silikon
Si + 2X2 g SiX4
*      Reaksi oksihalida yang termasuk oksidator kuat dengan ion halida
KbrO2 + 4KI + 2H2SO4 g KBr + 2I2 + 2 K2SO4 + 2H2O
Beberapa senyawa halogen yang bermafaat:
NAMA SENYAWA
KEGUNAAN
KI, NaI
Ditambah pada garam dapur untuk mencegah gondok, mukolitik
NaBr, KBr, NH4Br
Sedativum pada mixtura brometorum
CCl2F2
Freon= zat pendingin pada lemari es dan AC
Na2SiF6
Sebagai penguat gigi pada campuran pasta gigi
NaF
Bahan bakar reaksi nuklir pada pengolahan isotop uranium
HF
Untuk mengukir kaca
Cl2
Desinfektan
NaCl
Garam dapur
KCl
Pupuk
CHCl3
Kloroform= pelarut dan obat bius pada pebedahan

2.2.4   Golongan VIII A (Gas Mulia)
Dengan konfigurasi elektron yang sudah penuh, gas mulia merupakan unsur yang stabil. Yang termasuk golongan gas mulia yaitu : Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn)








*      Unsur gas mulia sukar melepas dan menerima elektron sehingga anfinitas elektronnya rendah
*      Jari-jari atom unsur gas mulia sangat kecil menyebabkan elektron tertarik sangat kuat ke inti atom jadi energi untuk melepas elektron sangat besar. Helium adalah unsur yang memiliki energi ionisasi terbesar
*      Titik cair dan titik didih unsur gas mulia lebih kecil dalam suhu ruangan menyebabkan semua gas mulia berwujud gas.
*      Gas mulia ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik.
Walaupun gas mulia dinyatakan unsur yang sukar bereaksi, Neil Bartlet pada tahun 1962 berhasil membuat senyawa dari unsur gas mulia yaitu mereaksikan Xe dengan PtF6 yang merupakan pengoksidasi kuat. Energi ionisasi PtF6 mendekati energi ionisasi Xe.
Xe + PtF6 g Xe+(PtF6)-
Selain unsur PtF6  pengoksidasi kuat lain yang dapat direaksikan yaitu gas Fluorin yang menghasilkan XeF2, XeF4, XeF6. Selain Xe gas mulia yang dapat direaksikan dengan Fluorin adalah Kripon dan Radon walaupun senyawa yang dihasilkan tidak stabil. Untuk gas He, Ne, dan Ar belum dapat dibuat senyawa lain karena stabilitas unsur tersebut sangat tinggi.
Kegunaan unsur gas mulia:
Helium
Pengganti hidrogen untuk mengisi balon udara karena tidak mudah terbakar, pengganti nitrogen untuk mengisi tabung penyelaman, pencegah oksidasi pada proses penyepuhan logam, pendingin reaktor nuklir
Neon
Dalam bentuk cair digunakan sebagai pendingin reaktor nuklir, pengisi lampu karena memancarkan warna merah
Argon
Pengisi bla lampu pijar agar kawat filamennya tidak mudah rusak, membuat lingkunagn atmosfer inert, pengisi lampu reklame dengan memancarkan warna merah muda dan biru
Kripton
Panjang gelombang kripton = 1 meter menjadi satuan ukuran panjang internasional
Xenon
Obat bius, oksidator kuat
Radon
Terapi penyakit kanker memancarkan sinar radioaktif


2.2.5        GOLONGAN TRANSISI
Pada sisem periodik unsur yang termasuk dalam golongan transisi adalah unsur-unsur golongan B. Mulai dari IB – VIIIB. Berdasarkan pengisian elektron pada subkulitnya, unsur-unsur ini memiliki elektron valensi yang tetletak pada sub kulit d dalam konfigurasi elektronnya.
Berdasarkan kedudukan dalam tabel periodik golongan transisi diklasifikasikan menjadi:
Golongan III B          : Skandium, Itrium, Lantanum (dan deret lantanida), Aktinuim (dan deret aktinida)
Golongan IV B           : Titanium, Zirkonium, Hafnium
Golongan V B             : Vanadium, Niobium, Tantalum
Golongan VI B           : Krom, Molibdenum, Tungsten
Golongan VII B          : Mangan, Teknetium, Renium
Golongan VIIIB         : Besi, Kobalt, Nikel, Rutenium Rodium, Paladium, Osmium, Iridium, Platinum
            Golongan I B              : Tembaga, Perak, Emas
Golongan II B             : Zink, Kadmium, Merkurium

Sifat-sifat golongan transisi:
*      Semua unsur transisi adalah logam, umumnya dapat ditempa, liat, mengkilap, dan penghantar listrik dan panas yang baik.
*      Unsur golongan transisi lebih keras daripada golongan logam alkali karena ikatan elektron valensi yang jatuh pada subkulit d membuat ikatan elektronnya lebih kuat
*      Memiliki kerapatan yang tinggi sekingga titik didih dan titik leleh yang tinggi juga
*      Unsur golongan transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi seperti Vandium yang berbilangan oksidasi +2, +3, +4.
*      Sifat kemagnetan unsur golongan transisi bermacam-macam ada yang bersifa para-magnetik (Sc, Ti, V,Cr, Mn) diamagnetik (Cu, Zn) feromagnetik yaitu sama dengan para-magnetik namun dalam keadaan padat saja (Fe, Co, Ni)

Kegunaan unsur-unsur transisi:
NAMA UNSUR
KEGUNAN
Seng (Zn)
Bahan cat putih, pelapis tabung gambar televisi
Tembaga (Cu)
Untuk berbagai alat elektronik, kabel dan perhiasan
Nikel (Ni)
Pelapis logam agar tidak berkarat,
Kobalt (Co)
Untuk pembuatan aliansi logam
Besi (Fe)
Perangkat elektronik
Mangan (Mn)
Digunakan dalam produksi baja
Kromium (Cr)
Plating logam-logam lain
Vanadiun (V)
Sebagai katalis dalam pembuatan asam sulfat
Titanium (Ti)
Industru pesawat terbang, pemutih kertas, kaca, kosmetik


BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
Unsur-unsur kimia yang terdapat dialam semesta ini dibagi menjadi dua golongan besar yaitu Golongan A ( golongan utama) yang terdiri dari golongan IA (logam alkali), golongan IIA (alkali tanah), IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA (golongan halogen), VIIIA (gas mulia). Golongan B (golongan transisi) yang terdiri dari golongan transisi dalam yaitu golongan IB, IIB, IIIB,IVB,VB,VIB,VIIB,VIIIB.  Dari pengelompokan tersebut tiap-tiap golongan memiliki sifat khasnya tersendiri yang mambedakan satu golongan dengan golongan lain.

3.2     SARAN
Saran yang dapat kami berikan bagi pembaca yang akan membuat makalah tentang KIMIA UNSUR agar dapat lebih baik dari makalah yang kami buat ialah dengan mencari lebih banyak referensi dari berbagai sumber baik dari buku maupun internet sehingga informasi yang diberikan akan lebih lengkap. Mungkin hanya saran ini yang dapat kami sampaikan semogadapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.





DAFTAR PUSTAKA

http://chemistry.about.com/od/elementfact/a.html diakses 01 Desember 2013 pukul 06.45 WIB
Keenan, dkk. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Konsep Dasar & The King. 2012. Bandung: PT. Duta
Sutresna, nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XII SMA/Ma Program IPA. Bandung: GRAFINDO.